Selasa, 11 Agustus 2015

Festival Nusantara dalam Batur Angkat Tema "Peradaban Matahari"

Perheletan akbar Festival Nusantara yang dilakukan pada Batur, Kintamani, Bali, di 8-17 Agustus 2015 mengusung tema "Peradaban Matahari".

"Peradaban matahari berarti memaklumi Seorang Surya sebagai sumber energi nomor satu di alam semesta," ungkap Ketua Festival Nusantara 2015 Ngurah Paramartha di Kuta, Minggu (9/8/2015).

Ia menjelaskan, pada adat istiadat Nusantara, matahari merupakan maha cahaya tertinggi dengan dipelajari yaitu daya energi maskulinitas, sedangkan cahaya bulan (candra) ialah representasi daya energi feminitas.

Dia menambahkan Bali mempertahankan kearifan visi kesemestaan yang menyeluruh,utuh juga holistik sesuai peradaban Matahari itu memasuki sistem penanggalan Pawukon Nusantara.

Diberitahukan, sistem Pawukon inilah manusia Bali mengatur serta penentuan gerak langkah irama hidupnya dari pembuka memulai hal dan begitu juga krusial gerak target berhenti kehidupannya.

"Jika mengungkap Bali, pemujaan kepada Seorang Surya yaitu Siwa-Raditya, Gayatri mantram dikumandangkan untuk Si Matahari menganugerahkan kecemerlangan pikiran (dhi) yang gilang gemilang (jyotir)," ujar ia.

Buat dia, tradisi Bali menuntun untuk manusia tak salah saat,lLebih monumental lagi itu ditandai membuka momentum purnama-tilem, hari saat bulan terang penuh juga hari ketika bulan gelap penuh.

"Siwa Raditya dan Rudra yang berwarna kekuning-kuningan kemerah-merahan diapresiasi merupakan Rodasi di wujud Ardhanareswari, dualitas harmonis berkesetaraan yang bukan terpisahkan," tuturnya.

Lebih tambah, Paramartha mengakui, apresiasi manusia Bali pada Si Matahari yaitu sumber energi kehidupan, menciptakan Peradaban Matahari pada Bali jadi sedemikian kental dalam keseharian, menjadi visi hidup spiritual manusia Bali dengan konteks pemujaan, posisi Matahari dipilih menelusuri pemilihan subha dewasa, hari baik, dengan dauh (momentum saat) yang jago.

"Betapa pentingnya peran matahari akhirnya kami memakai tema nomor satu dalam aksi akbar bertema nusantara terhebat dalam Pulau Dewata itu," kata ia.

Disinggung mengenai aksi Festival Nusantara, Paramartha mengemukakan, festival ini adalah upaya demi mengembangkan daya apresiasi seluruh kalangan bersua kekayaan narasi lokal yang berdimensi universal

Selain ini, pihaknya merancang festival mengakses berkelanjutan setiap musim juga fase awal mencakup kurun waktu 7 tahun dan tahun ini sebagai saat musim awal.

Diberitahukan perheletan akbar ternama pada Kabupaten Bangli dimaksud serta dipakai sebagai sesuatu wahana forum pertempuran para penulis, pekerja kreatif juga aktivis budaya dan sejarah.

Selain itu, juga melibatkan klub-klub dari dari beraneka unsur pemerintah, tokoh seluruh kalangan, perwakilan desa tradisi dan kepala desa, LSM, perupa, budayawan, akademisi, pelajar SD dan SMP dari daerah selingkungan kegiatan, termasuk guru serta kepala sekolahnya.

"Ditambah peliputan lebar menurut alat cetak juga elektronik, televisi, radio, koran, dan majalah, bersamaan dan momentum kemerdekaan Tempat Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ke-70, tanggal 17 Agustus mendatang," tuturnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar